Kamis, 15 Agustus 2013

Keindahan Malam

Saya begitu terkesan dengan keindahan malam.

Dengan keheningan malam yang telah sunyi.

Dengan dinginnya udara yang menghembus.

Dengan sinar bulan yang memberikan kenyamanan.

Dengan cahaya bintang gemerlap menghiasi langit menjadikannya indah di tengah kegelapan.


Malam tak bisa ditukar dengan siang begitu juga sebaliknya.

Namun tak banyak orang yang menyadari itu.

Sejuk nya udara di malam hari memberi kenyaman disaat terlelap

Namun tak banyak orang menyadari itu.




Rabu, 27 Maret 2013

Pesan Terakhir IBU


PESAN TERAKHIR IBU
Oleh Tini Anadia


Ketika malam kian larut hingga terbuai menyambut pajar. Terdengar lantunan panggilan suara merdu dari arah barat bilik kamar Nasya yang seakan memberi isyarat menyuruh untuk membangunkannya dan segera beranjak memenuhi panggilannya. Suara ayam berkokok bersahut-sahutan seakan tak mau kalah dari suara apapun.
Percikan embun yang memberikan kesejukan dari setiap tetesnya. Mentari pun mulai menampakkan sinarnya perlahan-lahan hingga benar-benar memberikan kehangatan di pagi hari serta kerasnya suara bising setiap kendaraan yang lewat menandakan pagi telah tiba dan siap menjemput rezeki.
Di sebuah rumah kecil berukuran tak lebih dari 16 m² merupakan tempat berteduh Nasya dan Ibunya. Rumah sederhana itu menjadi tempat tumpuan kasih sayang Ibu dan anak yang sejak beberapa tahun silam di tinggal ayahnya meninggal dunia karena sakit paru-paru yang di deritanya. Kini Ibunya menjadi pencari nafkah untuk gadis semata wayangnya yang sekarang sedang kuliah di Universitas Negeri.
Pagi telah tiba, Ibu menyambut pagi dengan suka cita sembari menyiapkan perlengkapan dagangan gorengannya untuk berjualan di depan rumahnya. Tak terlihat raut muka yang suram yang nampak hanyalah senyuman dari bibir Ibu ku tersayang. Nasya keluar dari bilik kamarnya usai menjalankan sholat subuh di sambut dengan tatapan penuh harap dan senyum keikhlasan oleh Ibu.
“Sudah bangun nak?”
“Iya bu”
“Sudah sholat”
“Alhamdulillah bu Tuhan memberikan ku nikmat kesehatan untuk bersujud padanya” sambil menatap kedua mata Ibunya.
“Alhamdulillah Nasya, Ibu bangga mendengarnya, teruslah memohon padanya dengan hati ikhlas” membalas tatapan Nasya hingga tampak mata Ibu berkaca-kaca seolah tak akan menampakkan kesedihannya. Dalam hati Ibu aku menyayangimu.
“Iya, suatu saat Ibu akan bangga dengan Nasya” sambil menatap Ibunya dengan senyum di balik pengharapan dan impiannya.
“Nasya bantu ya bu menyiapkan perlengkapannya”
Sambil menyiapkan perlengkapan dagangan gorengannya. Tak biasanya Ibu menggoreng  sembari melamun. Sepertinya ada yang disembunyikan dari Nasya dan tak ingin Nasya mengetahuinya.
“Gorengannya gosong bu, Ibu sedang mikirin apa, cerita sama Nasya bu!”
“Tidak nak, Ibu tidak melamun dan tidak sedang mikir apa-apa, yang Ibu ingin suatu saat kamu akan menjadi anak yang sukses dan membuat Ibu bangga”
“Aamiin bu, semoga gusti Allah mendengar doa kita ya bu”
Keduanya saling berpelukan merangkul hangat dekapan kasih sayang Ibu dan anak.
øøøø
Mentari perlahan kian terangnnya, memberikan sinarnya seluruh penjuru bumi tepat diatas kepala. Semua orang bergegas mencari tempat berteduh melepaskan kelelahan. Beranjak sejenak untuk beristirahat lalu kembali menyongsong rezeki. Nampak dari kejauhan seorang Ibu meletakkan dagang gorengan di sebuah Mushola  yang ada di kampus tempat Nasya kuliah untuk menunaikan sholat dzuhur dititipkan pada seorang gadis yang sedang duduk di Mushola itu. Sepertinya Ibu  itu ingin sejenak mengurangi sedikit rasa lelahnya karena berjualan keliling.
Seketika itu juga Nasya teringat pada sosok Ibunya yang pekerjaan sama dengan Ibu yang menitipkan jualannya di Mushola tersebut. Nasya mulai terenyuh dengan sosok Ibunya kemudian terlintas dipikirnya ingin menemui Ibu penjual gorengan di mushola itu. Ketika hendak memanggil Ibu itu terdengar dari arah belakang ada memanggil-manggil nasya. Kemudian nasya menoleh, ternyata nasya di panggil teman sekelasnya bahwa perkuliahan akan segera di mulai dan dosennya sudah hadir di kelas. Niat hati untuk menemui Ibu itu pun di urungkan oleh jam mata kuliah yang telah tiba dan saat belajar untuk meraih mimpi dan kesuksesan.
Ibu yang beristirahat sejenak di Mushola itu kini sudah pergi kembali menjemput rezeki. Di bawah terik matahari Ibu tetap berjualan dengan penuh semangat tak peduli keringat membasahi seluruh tubuhnya. Sesekali Ibu memegang perutnya yang terasa sakit dan nampak buncit. Ibu menyembunyikan perut yang buncit itu dengan pakaian yang besar hingga tak ada yang mengetahui bahwa Ibu itu menyembunyikan perutnya sekalipun Nasya anaknya.
Sementara itu, Nasya yang merupakan seorang mahasisiwi yang terbilang cerdas di antara teman-temannya dan seorang yang ramah sehingga banyak teman yang suka padanya. Usai perkuliahan Nasya  pulang menuju rumah yang sederhana. Tiba-tiba dari arah belakang terengar suara memanggil:
“Nasya…Nasyaaaa”
Nasya menoleh dan mencari dari arah mana suara itu datang?.
“Hai…Eccy”
“Mau kemana”
“Pulang”
“Nasya tadi tidak sholat di Mushola” Tanya Eccy
“Kenapa?, saya tadi sholat di ruang dosen” jawab nasya
“Saya tadi ketemu Ibu penjual gorengan di mushola, kasihan dengan Ibu itu, meskipun perutnya sakit tapi masih sempat berjualan keliling demi anaknya yang masih sekolah katanya. Seandainya saya punya uang lebih saya berikan dengan Ibu itu jika saya lihat dia di mushola kembali”. Ujar Eccy
            “Nasya terdiam dan pikirannya mulai tertuju pada sosok Ibunya.  Apa mungkin Ibu yang di mushola itu adalah Ibu, meskipun dia Ibu tapi Ibu sehat-sehat saja. Ibu tidak pernah berjualan dikampus Nasya, Ibu selalu berjualan di depan rumah. Tapi dari kejauhan tadi memang mirip Ibu. Mungkin Ibu.. Ah tapi gak mungkin!” pikir Nasya dalam hati.
“Nasya kenapa bingung” pangggil Eccy sambil mumukul bahu Nasya.
“Tidak…saya tidak bingung” jawab Nasya
“Ya sudah, arah rumah kita berlainan saya duluan ya” kata Eccy
“Iya hati-hati”
            Dari arah kejauhan sudah tampak rumah sunyi berpenghuni. Semakin dekat dan akhirnya Nasya tiba di depan rumah. Nasya melihat sebuah keranjang kue terletak disudut teras rumahnya pertanda Ibunya sudah pulang ke rumah dan biasanya jualannya juga sudah ludes terjual. Sesampainya dirumah Nasya mengetuk pintu berulang-ulang, namun pintu juga tak kunjung di buka. Sesekali Nasya mengucap salam namun tak nampak sahutan salam dari dalam rumah.
Dengan sedikit kesal di hati tapi Nasya langsung  tersadar mungkin Ibu sedang tidur lelah  di dalam sehingga tak membukakan pintu untuk Nasya. Kemudian Nasya membuka sendiri pintu rumahnya, ternyata pintu tidak dikunci dan Ibu sedang tidur di kamar.
            Melihat Ibunya yang sedang tertidur pulas di sore hari yang temaram. Nasya memandang Ibunya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sambil mengusap lembut rambut Ibu yang masih hitam belum berubah menjadi putih dimakan usia menunjukkan bahwa Ibu masih muda untuk menjadi tulang punggung keluarga  namun harus menghadapi kenyataan hidup.  “Suatu saat Nasya akan membahagiakan Ibu dengan kesuksesan”. Pikir Nasya dalam hati.
            Langit yang mulai merubah warnanya, berubah menjadi kegelapan. Tak ada sinar mentari yang menghangatkan. Dengan perlahan digantikan oleh sinar rembulan penuh. Siang yang begitu cerah kini berubah menjadi malam yang redup di hiasi cahaya bintang yang bertebaran menghiasi langit.
            Malam ini indah sekali. Bintang menunjukkan cahayanya seolah berkata inilah aku bintang kehidupan mu. Dari sebuah jendela kamar Nasya menatap malamMemandang bintang-bintang seolah penuh harap. Seandainya Nasya seperti bintang. Bintang kehidupannya Ibu kelak. Tak ada yang lebih baik dari apapun selain menjadi bintang kehidupan bagi Ibu.
            Malam semakin larut seperti halnya Nasya larut dalam keindahan malam hingga tanpa terasa Nasya tertidur pulas di sudut jendela kamarnya.  Udara dingin menyelimuti tubuhnya. Nyamuk-nyamuk bertebangan mengelilinginya tapi Nasya pun tak jua terjaga dari tidurnya  hingga seruan adzan subuh membangunkannya.

øøøø
Hari demi hari, bulan berganti tahun. Ibu Nasya masih tetap berjualan gorengan demi menyekolahkan Nasya meraih mimpi. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Nasya dan teman-temannya, hari dimana Nasya akan diwisuda setelah empat tahun duduk di bangku kuliah. Akhirnya Nasya bisa wisuda dengan IPK yang memuaskan 3,35. Yang Nasya pikir akan cukup membanggakan Ibunya.
Bahagianya Nasya hari ini juga di rasakan oleh Ibunya yang mendampingi Nasya saat wisuda. Duduk bersama, berdampingan saat wisuda adalah mimpi Nasya yang akhirnya didengarkan oleh Tuhan. Nasya menyalami, mencium tangan dan kening Ibunya serta memeluk erat Ibunya seakan tak mau dipisahkan oleh waktu dan siapapun. Saat hendak melepaskan pelukan hangat itu, Nasya berbisik pada Ibunya “Ibu , kau adalah harta terindah ku, gelar sarjanaku saat ini adalah karya mu, dan aku akan membahagiakan Ibu”. Ibu hanya terdiam menatap lembut wajah anaknya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Seakan berbicara pada mata jangan kau keluarkan tetesan air mata mu duhai mata. Butiran air mata tak mampu membendung derasnya desakan hati hingga mengalir begitu saja.
Suara lembut itu akhirnya berbisik pada anaknya dengan suara parau menahan tangis.
“Jaga dirimu baik-baik nak dan gunakan ilmu dengan baik”. Seketika itu juga Ibu jatuh pingsan sambil mememang perutnya.
“Ibu… bangun bu..Ibuuuuu…” teriak Nasya sambil menahan tangis
“Tolong…tolooong” teriak nasya
Seluruh peserta wisudawan wisudawati menoleh kearah suara teriakan Nasya, Semua orang terkejut melihat Ibu Nasya jatuh pingsan saat upacara wisuda sedang berlangsung. Tanpa terkecuali seluruh staf serta para dosen ikut menoleh kearah mula suara teriakan itu terdengar. Tak lama kemudian Ibu nasya dilarikan ke rumah sakit terdekat. “Ibu lebih penting dari apa pun. Wisuda itu tak penting yang paling penting adalah nyawa Ibu” tangis Nasya.
Ibu dilarikan ke rumah sakit dengan sebuah mobil pribadi milik salah satu dosennya. Suara tangisan pun tiada henti mengiringi laju mobil dengan kecepatan tinggi. Di tengah perjalanan Ibu tersadar dari pingsannya dan langsung menoleh ke arah Nasya. Dengan suara lemah Ibu berkata, “ Nasya sebenarnya Ibu menderita sakit tumor pada rahim Ibu dan Ibu selalu berusaha menyembunyikannya dari Nasya. Ibu takut Nasya khawatir”.
“tidak Ibuuu!!!, kesehatan Ibu lebih penting, kenapa Ibu baru kasih tahu sekarang?”
Dengan suara terbata-bata seolah Ibu akan menyampaikan sesuatu. tak sempat mulut berbicara mata Ibu kian mengecil dan menutup secara perlahan. Di iringi isak tangis yang semakin deras mengantar kepergian Ibu untuk selama-lamanya.
Innalillahi wainnailaihi roji’un.
            Sakit yang menahun selalu disembunyikan demi anaknya. Tak pernah mengeluh di hadapan anaknya. Dia selalu memberi semangat pada anaknya. Tiada seorang ibu yang jahat terhadap anaknya. Sungguh kau wanita luar biasa di dunia. Jaga dirimu baik-baik nak dan gunakan ilmu dengan baik adalah pesan terakhir Ibu kepada Nasya.
The end
Karya jemari  sendiri yang menjelajahi setiap angka dan huruf pada keyboard Laptop ku. CERPEN PERDANA

Rabu, 20 Maret 2013

Temanya Jodoh


Kali ini gue ngepost temanya jodoh…lagi kepingin ngebahas soal jodoh meskipun gue sendiri masih Single lho.,Upsss belum menikah maksudnya..hiks
JODOH…Siapa yang gak kepengin jodoh, hanya orang gak normal kali ya,,upsz yang gak mikirin soal jodoh. Jodoh itu sudah di atur oleh sang pencipta, semua hambanya mempunyai pasangan nya masing-masing yang sudah di tentukan Tuhan . Tentunya yang terbaik buat kita. Gak mungkin tuhan ngasih yang no better  with us sebab tuhan maha adil.
Jodoh itu bukan hanya milik Dia, yang terbaik juga not only  milik Si Dia. Tapi semua yang di berikan tuhan itu yang terbaik.
Jodoh bukan hanya milik mereka.. Tapi milik pribadi.
Katanya sih buat dapet jodoh yang terbaik kita juga harus jadi yang terbaik lho. Bukan yang terbaik di depan si calon. Tapi yang terbaik dihadapan sang pencipta.
Maksudnya di sini kita jangan hanya terbaik di hadapan sesama, tetapi juga terbaik di hadapan Tuhan. Kalo gak salah bahasa arabnya tuh hablumminannas, hablumminaallah. Hubungan baik dengan sesama dan hubungan baik dengan Tuhan.
Bicara tentang kapan datangnya jodoh?, siapakah gerangan?, sedang apa?, dimana?, itu rahasia Tuhan. Sepenuhnya kuasa Tuhan.

Mulai ngelantur ngebahas jodoh jadi kepingin buat puisi.
Sstsztststzttzt mulai berimajinasi;; taraa J

Jodoh itu bukan hanya untuk dia
Bukan hanya untuk kamu.
Bukan hanya untuk mereka.
Tapi jodoh itu untuk kita
Jodoh bukan milik simiskin
Juga bukan milik si kaya
Bukan milik pangeran
Bukan milik permaisuri
Karena jodoh tak pandang rupa, takpandang materi.
Jodoh butuh ketulusan dan kelembutan

Selasa, 19 Maret 2013

Rintik Hujan



 19 maret 2013 pukul 23:25 WIB
Malam ini rintik hujan menemani ku dalam kelarutan pekatnya malam.
Temani ku di tengah heningnya suasana Home
Mencari inspirasi dalam keheningan.
Hingga malam kian larut, dan mata yang  mulai meredup.
Tulisan yang kutulis hanyalah teman
Teman dikala inspirasi mulai menjauhi ku.
Kenapa, tak kunjung datang ide itu?
Mengetuk setiap aliran nafas menuju otak.
Aku rindu…rindu yang menghempas dadaku, menyesakkan nafasku.
Aku butuh…
Butuh sekarang tapi mengapa tak kunjung datang?
Saat kau bertamu di otak ku, sulit untuk ku menjamu mu, karena kau begitu PERFECT
oHohOhoHOOOOooooo TULISAN
KAU IBARAT TAMU TAK DI UNDANG.
Datang di saat lengah, berusaha menjamu mu dengan aneka nalar tapi ku terlambat karena kau buru-buru pulang.
Meninggalkan ku  tanpa pamit.
J :D
OH …Malam yang menantikan pajar di iringi gemerisik rintik hujan malam ini. Sampaikan salam ku pada tamu ku.
“Datang lah,, BERTAMULAH KEMBALI DI RELUNG NALAR KU. AKU AKAN MENJAMU DENGAN BAIK, Dan aku akan prefare untuk menyambut kedatangan mu.

Ingatkah Kau??

Ingatkah kau saat kau berdoa kepada Tuhan mu untuk di luluskan menjadi ASN. Ingatkah kau saat kau belajar siang malam supaya mampu menjawab...