Minggu, 03 Februari 2013

Behide The Scene Sidang Skripsi



Mentari  menyambut pagi begitu cerah. Percikan embun begitu sejuk.  Dentingan jarum jaram seolah berputar begitu cepat,  ingin detik ini, menit ini, jam ini, saat ini, hari ini berlalu dengan cepat tanpa terasa.
Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB, semakin mendekati momen yang ditunggu. Saat dimana pertanggung jawaban atas hasil karya selama 4,5 tahun duduk di bangku kuliah. Ini lah saat yang paling menengangkan. Hati yang gelisah tanpa sebab, badan gemetar, perut lapar terasa kenyang, nervous  bercampur menjadi satu.
Sementara itu ujian skripsi akan dimulai pada pukul 08.30 WIB masih tersisa 2,5 jam lagi yang saat itu dimanfaatkan untuk belajar. Walaupun belajar hanya sekilas mata memandang, tak dipungkiri materi pun hanya sekilas mampir di otak yang sudah sangat penuh dengan kegelisahan.
Waktu sudah semakin mendekati yang menunjukkan pukul 09.00 WIB Muka pucat, nervous  tak kunjung reda hingga saat yang ditunggu tiba.
        Tini anadia “ panggil ketua prodi”
        ya, pak “sahut ku”
        silahkan masuk “ kata ketua prodi”
Dengan mengucap basmallah, saya masuk keruangan dimana lima dosen sudah menunggu di ruang tersebut, yahhh ruang yang paling menenggangkan, terasa asing meskipun ruangan tersebut sering digunakan untuk perkuliahan tak terkecuali ruang kami (anak PPKn 08) beberapa semester yang lalu.
Ujian pun akan segera dimulai, saya masih duduk kursi di sudut ruangan sambil menunggu aba-aba dari ketua prodi.
        silahkan dimulai pak Bijak “kata ketua prodi”
        baiklah “sahut pak Bijak”
Pak Bijak adalah dosen penasehat akademik sekaligus pembimbing skripsi pertamaku. Beliau lah yang membimbing penyusun skripsi ditemani Ibu Slow sebagai pembimbing kedua.
Tak lama kemudian ujian skripsi atas nama Tini Anadia dimulai, dibuka oleh pembimbing pertama dengan mengucapkan bismillahirohmannirrahiim ujian skipsi dimulai. Rasa gemetar, nervous sudah sedikit berkurang. Usai pembukaan sidang skripsi, ada beberapa kalimat yang membuat saya tersenyum kecil hingga menghilangkan sedikit nervous ku, yang dilontarkan oleh pak Bijak.
saya tahu anda bukan berasal dari daerah solo, sunda ataupun daerah jawa dan sekitarnya, saya tahu anda berasal dari daerah yang sudah dikenal ataupun terkenal dengan watak yang keras dan volume suara yang keras dan kuat, maka jawablah pertanyaan dari para dosen dengan suara yang lantang”
Mendengar perkataan itu, saya hanya tersenyum kecil. Pesan yang singkat tapi tepat sasaran. Sementara itu sudah ada empat orang dosen yang duduk dihadapan ku termasuk pak Bijak. Grogi, badan gemetar itu kembali menyerang tubuh ku. Tibalah dosen pertama yang menguji ku yaitu pak Ramah sebagai ketua prodi. Beliau dosen yang baik dan ramah dengan mahasiswa.
        Tini Anadia, apa judul skripsimu “tanya pak Ramah”
Persepsi masyrakat tentang manfaat pemberian gelar adat perkawinan di desa Campang Tiga Ilir “jawabku”
Coba kamu presentasikan penelitian kamu itu! “suruh pak Ramah”
Masih dengan perasaan nervous, saya mencoba mempresentasikan hasil penelitian, mulai dari latar belakang, metodologi penelitian, pembahasan hingga kesimpulan. Efek dari nervous itupun melanda lidah ku yang sedikit terbata-batah dalam menjelaskan hasil penelitian. Walaupun  sesaat sebelum sidang dimulai lidah ku begitu lancar menjelaskan  penelitian saya. Alhamdulillah meskipun begitu ternyata tak mengurangi nilai.
        sudah presentasinya “kata pak Ramah”
Sudah pak “jawabku”
Ya sudah, itu saja dari bapak silahkan dilanjutkan dnegan dosen yang lain “kata pak Ramah”
Hah, bengong dalam hati dan berkata “itu saja pak”
iya itu saja “jawab pak Ramah”
Sungguh mengejutkan  di luar dugaan saya yang mengira akan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh pak Ramah disamping itu juga dengan presetasi yang sedikit singkat dan terbata-batah, ternyata hanya itu. Dalam hati ku berkata “alhamdulillah”
Selanjutnya dosen kedua pun mulai menguji yaitu pak Baik.
Tini Anadia, coba kamu jelaskan apa hasil penelitian kamu “suruh pak Baik”
Saya pun menjelaskan hasil penelitian saya mulai dari hasil angket, dokumentasi, dan terakhir wawancara. Usai menjelaskan, pak Baik bertanya kembali. Hingga beberapa pertanyaan yang dilontarkan kepada saya, dan alhamdulillah pertanyaan nya dapat saya jawab dengan baik. Saya hanya disuruh untuk memperbaiki beberapa tulisan yang salah pengetikan  dan tdak sesuai dengan buku pedoman.
Penguji pertama, alhamdulillah
Penguji kedua, juga alhamdulillah.
Nah,ini giliran penguji ketiga yang paling saya takut kan
Oke, Tini, anda mengambil judul ini, apa latar belakang anda? “Tanya pak Jenius”
Kemudian saya jelaskan sesuai dengan apa yang saya tulis.
Bukan ini yang menjadi latar belakang anda, penelitian ini tidak ada masalah. “Kata pak Jenius”
Dengan muka yang mulai memerah, saya tersendat-sendat dalam menjelaskan hingga tak mampu meyakinkan pak Jenius.
Latar belakang permasalahanya kurang tepat, nanti diperbaiki ya! “Suruh pak Jenius”’
iya pak, nanti saya perbaiki. “jawabku”
Belum selesai sampai disitu, masih ada beberapa pertanyaan lagi yang berikan pak Jenius pada saya.
        “kamu orang komering. Saya ingin tahu banyak tentang komering, sebenarnya gelar itu apa?, bagaimana cara pemberiannya?, terus kepada siapa diberikan gelar?, dan apa manfaatnya?”
Kemudian saya menjawab satu persatu pertanyaan, dan menjelaskan dengan keadaan yang sebenarnya. Tak berhenti disitu, maka timbul beberapa pertanyaan lagi yang dilontarkan pak Jenius.
        “Yang disebut orang komering itu yang mana?. Apa ciri-cirinya? seandainya kamu orang komering, tapi kamu tinggal di luar daerah, apakah kamu masih disebut orang komering?, terus jika orang yang tinggal di luar komering apakah melaksanakan adat komering juga?
Dengan menarik nafas saya berusaha untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut, alhamdulillah jawaban saya diterima dan pak Jenius mengerti atas penjelasan saya. Fikir ku dalam hati, “subhanaallah bapak ni jenius sekali, hingga seluk beluk dan akar-akarnya pun dikupas habis”
Lagi-lagi serangan pertanyaan pun belum selesai, hingga suatu kondisi membuat saya bleng, dimana pertanyaan tersebut membuat keadaan saya terpojok.
        Pertanyaan terakhir, apa hasil penelitian anda?”Taya pak Jenius”
Akhirnya, tiba juga pada pertanyaan terakhir “ ucapku dalam hati”. Saya menjelaskan hasil penelitian sesuai dengan apa yang saya tulis.
        “bukan seperti ini seharusnya penelitian anda, anda harus mengkaitkan hasil penelitian dengan teori yang ada bukan dengan tabel seperti ini. Teori yang ada gunakan harus disangkut pautkan dengan  hasil penelitian supaya hasilnya berkesinambungan “kata pak Jenius”
        “Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya diam dan mengangguk . Meng-iyakan kehendak beliau.
Dengan perasaan lega, akhirnya sidang skripsi sarjana telah selesai dan  ditempuh dengan baik. Usai menghadap ketiga dosen penguji. Kemudian dosen pembimbing menutup kembali sidang skripsi pertanda telah usai.
Akhirnya saya bisa keluar juga dari ruangan yang saya anggap asing dan menengangkan itu. Perasaan lega, hening  itu akhirnya ku rasakan. Tetapi hening itu kurasakan hanya sejenak, ternyata saya harus menunggu kepastian apakah saya lulus ujian dan mendapat nilai berapa?. Perasaan nervous kembali menyerang, namun ini perasaan seperti ini tak sehebat sebelum sidang dimulai.
Sambil menunggu pengumaman, saya menyempatkan diri beristirahat duduk di kursi yang berderet peserta sidang (mahasiswa) dan  berbincang-bincang sembari menungggu giliran dipanggil untuk sidang. Ditengah sedang asyik berbincang-bincang dengan teman-teman sembari kubuka dan kubaca kembali skripsi ku. Inilah satu hal penyebab penyakit nervous yaitu bleng. ternyata dalam skripsi saya yakni pada bagian pembahasan hasil penelitian sudah dikaitkan dengan teori yang ada. Mendadak lupa karena efek nervous.  Hah,,, tak apalah yang penting selesai, no problem.
Tanpa terasa menunggu berjam-jam  hingga tibalah saat yang ditunggu-tunggu, seluruh peserta sidang dipersilahkan memasuki ruangan. Seluruh peserta sidang disuruh  untuk berbaris yang rapi dan mendengarkan pengumaman.
        Yang saya sebutkan namanya, silahkan maju satu langkah “kata ketua prodi”
        Tini Anadia, “panggil ketua prodi”
        ya, “sahut ku”, saya pun maju satu langkah
        selamat kamu lulus dengan nilai 78 (B)
Terasa bergetar seluruh tubuhku mendengar pengumuman itu, darah mengalir begitu cepat,,,seerrr seakan tak percaya. Hingga menarik nafas panjang  dan berkata “alhamdulillahhIrabaal alamiin”. Inilah buah dari perjuangan selama satu tahun lamanya menyusun skripsi, banyak cibiran dan perkataan yang seolah mengejek. Dan akhirnya dapat dibuktikan pda hari ini, Senin 14 januari 2013 dinyatakan lulus ujian sarjana dan menjadi sarjana baru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingatkah Kau??

Ingatkah kau saat kau berdoa kepada Tuhan mu untuk di luluskan menjadi ASN. Ingatkah kau saat kau belajar siang malam supaya mampu menjawab...