Mentari menyambut pagi begitu
cerah. Percikan embun begitu sejuk. Dentingan
jarum jaram seolah berputar begitu cepat,
ingin detik ini, menit ini, jam ini, saat ini, hari ini berlalu dengan
cepat tanpa terasa.
Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB, semakin mendekati momen yang
ditunggu. Saat dimana pertanggung jawaban atas hasil karya selama 4,5 tahun
duduk di bangku kuliah. Ini lah saat yang paling menengangkan. Hati yang
gelisah tanpa sebab, badan gemetar, perut lapar terasa kenyang, nervous bercampur menjadi satu.
Sementara itu ujian skripsi akan dimulai pada pukul 08.30 WIB masih
tersisa 2,5 jam lagi yang saat itu dimanfaatkan untuk belajar. Walaupun belajar
hanya sekilas mata memandang, tak dipungkiri materi pun hanya sekilas mampir di
otak yang sudah sangat penuh dengan kegelisahan.
Waktu sudah semakin mendekati yang menunjukkan pukul 09.00 WIB Muka pucat,
nervous tak kunjung reda hingga saat
yang ditunggu tiba.
Tini anadia “ panggil ketua prodi”
ya, pak “sahut ku”
silahkan masuk “ kata ketua prodi”
Dengan mengucap basmallah, saya masuk keruangan dimana lima dosen sudah
menunggu di ruang tersebut, yahhh ruang yang paling menenggangkan, terasa asing
meskipun ruangan tersebut sering digunakan untuk perkuliahan tak terkecuali
ruang kami (anak PPKn 08) beberapa semester yang lalu.
Ujian pun akan segera dimulai, saya masih duduk kursi di sudut ruangan sambil
menunggu aba-aba dari ketua prodi.
silahkan dimulai pak Bijak “kata ketua
prodi”
baiklah “sahut pak Bijak”
Pak Bijak adalah dosen penasehat akademik sekaligus pembimbing skripsi
pertamaku. Beliau lah yang membimbing penyusun skripsi ditemani Ibu Slow sebagai
pembimbing kedua.
Tak lama kemudian ujian skripsi atas nama Tini Anadia dimulai, dibuka oleh
pembimbing pertama dengan mengucapkan bismillahirohmannirrahiim ujian skipsi
dimulai. Rasa gemetar, nervous sudah sedikit berkurang. Usai pembukaan sidang
skripsi, ada beberapa kalimat yang membuat saya tersenyum kecil hingga
menghilangkan sedikit nervous ku, yang dilontarkan oleh pak Bijak.
‘saya tahu anda bukan berasal dari daerah
solo, sunda ataupun daerah jawa dan sekitarnya, saya tahu anda berasal dari
daerah yang sudah dikenal ataupun terkenal dengan watak yang keras dan volume
suara yang keras dan kuat, maka jawablah pertanyaan dari para dosen dengan
suara yang lantang”
Mendengar perkataan itu, saya hanya tersenyum kecil. Pesan yang singkat
tapi tepat sasaran. Sementara itu sudah ada empat orang dosen yang duduk dihadapan
ku termasuk pak Bijak. Grogi, badan gemetar itu kembali menyerang tubuh ku.
Tibalah dosen pertama yang menguji ku yaitu pak Ramah sebagai ketua prodi.
Beliau dosen yang baik dan ramah dengan mahasiswa.
Tini Anadia, apa judul skripsimu “tanya
pak Ramah”
Persepsi masyrakat tentang manfaat
pemberian gelar adat perkawinan di desa Campang Tiga Ilir “jawabku”
Coba kamu presentasikan penelitian
kamu itu! “suruh pak Ramah”
Masih dengan perasaan nervous, saya mencoba mempresentasikan hasil penelitian,
mulai dari latar belakang, metodologi penelitian, pembahasan hingga kesimpulan.
Efek dari nervous itupun melanda lidah ku yang sedikit terbata-batah dalam
menjelaskan hasil penelitian. Walaupun
sesaat sebelum sidang dimulai lidah ku begitu lancar menjelaskan penelitian saya. Alhamdulillah meskipun
begitu ternyata tak mengurangi nilai.
sudah presentasinya “kata pak Ramah”
Sudah pak “jawabku”
Ya sudah, itu saja dari bapak
silahkan dilanjutkan dnegan dosen yang lain “kata pak Ramah”
Hah, bengong dalam hati dan berkata
“itu saja pak”
iya itu saja “jawab pak Ramah”
Sungguh mengejutkan di luar dugaan
saya yang mengira akan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh pak Ramah
disamping itu juga dengan presetasi yang sedikit singkat dan terbata-batah, ternyata
hanya itu. Dalam hati ku berkata “alhamdulillah”
Selanjutnya dosen kedua pun mulai menguji yaitu pak Baik.
Tini Anadia, coba kamu jelaskan apa
hasil penelitian kamu “suruh pak Baik”
Saya pun menjelaskan hasil penelitian saya mulai dari hasil angket,
dokumentasi, dan terakhir wawancara. Usai menjelaskan, pak Baik bertanya
kembali. Hingga beberapa pertanyaan yang dilontarkan kepada saya, dan
alhamdulillah pertanyaan nya dapat saya jawab dengan baik. Saya hanya disuruh
untuk memperbaiki beberapa tulisan yang salah pengetikan dan tdak sesuai dengan buku pedoman.
Penguji pertama, alhamdulillah
Penguji kedua, juga alhamdulillah.
Nah,ini giliran penguji ketiga yang paling saya takut kan
Oke, Tini, anda mengambil judul ini,
apa latar belakang anda? “Tanya pak Jenius”
Kemudian saya jelaskan sesuai dengan apa yang saya tulis.
Bukan ini yang menjadi latar
belakang anda, penelitian ini tidak ada masalah. “Kata pak Jenius”
Dengan muka yang mulai memerah, saya tersendat-sendat dalam menjelaskan
hingga tak mampu meyakinkan pak Jenius.
Latar belakang permasalahanya kurang
tepat, nanti diperbaiki ya! “Suruh pak Jenius”’
iya pak, nanti saya perbaiki. “jawabku”
Belum selesai sampai disitu, masih ada beberapa pertanyaan lagi yang berikan
pak Jenius pada saya.
“kamu orang komering. Saya ingin tahu
banyak tentang komering, sebenarnya gelar itu apa?, bagaimana cara pemberiannya?,
terus kepada siapa diberikan gelar?, dan apa manfaatnya?”
Kemudian saya menjawab satu persatu pertanyaan, dan menjelaskan dengan
keadaan yang sebenarnya. Tak berhenti disitu, maka timbul beberapa pertanyaan
lagi yang dilontarkan pak Jenius.
“Yang disebut orang komering itu
yang mana?. Apa ciri-cirinya? seandainya kamu orang komering, tapi kamu tinggal
di luar daerah, apakah kamu masih disebut orang komering?, terus jika orang
yang tinggal di luar komering apakah melaksanakan adat komering juga?
Dengan menarik nafas saya berusaha untuk menjelaskan jawaban dari
pertanyaan tersebut, alhamdulillah jawaban saya diterima dan pak Jenius mengerti
atas penjelasan saya. Fikir ku dalam hati, “subhanaallah
bapak ni jenius sekali, hingga seluk beluk dan akar-akarnya pun dikupas habis”
Lagi-lagi serangan pertanyaan pun belum selesai, hingga suatu kondisi
membuat saya bleng, dimana pertanyaan
tersebut membuat keadaan saya terpojok.
Pertanyaan terakhir, apa hasil
penelitian anda?”Taya pak Jenius”
Akhirnya, tiba juga pada pertanyaan terakhir “ ucapku dalam hati”. Saya
menjelaskan hasil penelitian sesuai dengan apa yang saya tulis.
“bukan seperti ini seharusnya penelitian
anda, anda harus mengkaitkan hasil penelitian dengan teori yang ada bukan
dengan tabel seperti ini. Teori yang ada gunakan harus disangkut pautkan
dengan hasil penelitian supaya hasilnya
berkesinambungan “kata pak Jenius”
“Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,
hanya diam dan mengangguk . Meng-iyakan kehendak beliau.
Dengan perasaan lega, akhirnya sidang skripsi sarjana telah selesai
dan ditempuh dengan baik. Usai menghadap
ketiga dosen penguji. Kemudian dosen pembimbing menutup kembali sidang skripsi
pertanda telah usai.
Akhirnya saya bisa keluar juga dari ruangan yang saya anggap asing dan
menengangkan itu. Perasaan lega, hening
itu akhirnya ku rasakan. Tetapi hening itu kurasakan hanya sejenak,
ternyata saya harus menunggu kepastian apakah saya lulus ujian dan mendapat
nilai berapa?. Perasaan nervous kembali menyerang, namun ini perasaan seperti
ini tak sehebat sebelum sidang dimulai.
Sambil menunggu pengumaman, saya menyempatkan diri beristirahat duduk di
kursi yang berderet peserta sidang (mahasiswa) dan berbincang-bincang sembari menungggu giliran
dipanggil untuk sidang. Ditengah sedang asyik berbincang-bincang dengan
teman-teman sembari kubuka dan kubaca kembali skripsi ku. Inilah satu hal
penyebab penyakit nervous yaitu bleng. ternyata
dalam skripsi saya yakni pada bagian pembahasan hasil penelitian sudah
dikaitkan dengan teori yang ada. Mendadak lupa karena efek nervous. Hah,,, tak apalah yang penting selesai, no
problem.
Tanpa terasa menunggu berjam-jam hingga
tibalah saat yang ditunggu-tunggu, seluruh peserta sidang dipersilahkan
memasuki ruangan. Seluruh peserta sidang disuruh untuk berbaris yang rapi dan mendengarkan
pengumaman.
Yang saya sebutkan namanya, silahkan
maju satu langkah “kata ketua prodi”
Tini Anadia, “panggil ketua prodi”
ya, “sahut ku”, saya pun maju satu
langkah
selamat kamu lulus dengan nilai 78 (B)
Terasa bergetar seluruh tubuhku mendengar pengumuman itu, darah mengalir
begitu cepat,,,seerrr seakan tak percaya. Hingga menarik nafas panjang dan berkata “alhamdulillahhIrabaal alamiin”. Inilah
buah dari perjuangan selama satu tahun lamanya menyusun skripsi, banyak cibiran
dan perkataan yang seolah mengejek. Dan akhirnya dapat dibuktikan pda hari ini,
Senin 14 januari 2013 dinyatakan lulus ujian sarjana dan menjadi sarjana baru.